LANDASAN TEORITIS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
Interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi
lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan,
kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah,
rekaman, video atau audio, dan yang sejenisnya), dan berbagai sumber belajar
dan fasilitas (proyektor overhead, perekam pita audio dan video, radio,
televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar dan
lain-lain). Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994:6):
1.
Media sebagai alat
komunikasi untuk efektivitas proses belajar mengajar;
2.
Fungsi media dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan;
3.
Seluk-beluk proses
belajar;
4.
Hubungan antara
metode mengajar dan media pendidikan; dan
5.
Nilai atau manfaat
media pendidikan dalam pengajaran.
Heinich dan
kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dengan penerima. Sedangkan AECT (Association of
Education and Communication Technology, 1997) memberi batasan tentang media
sebgai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi.
Ciri-ciri umum
batasan tentang media dikemukakan sebagai berikut:
1.
Media memiliki
pengertian fisik yang umum dikenal sebagai hardware
2.
Media memiliki
pengertian nonfisik yang umum dikenal sebagai software
3.
Penekanan media
terdapat pada visual dan audio
4.
Media memiliki pengertian
sebagai alat bantu pada proses belajar
5.
Media digunakan
sebagai sarana komunikasi dan interaksi antara guru dengan peserta didik
6.
Media digunakan
secara masal
7.
Sikap, perbuatan,
organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu
ilmu.
Gerlach dan Ely
(1971) mengemukakan tiga ciri media, diantaranya:
1.
Ciri Fiksatif (Fixative
Property), ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
2.
Ciri Manipulatif (Manipulative
Property), ciri ini menggambarkan kemungkinan transformasi suatu kejadian
atau objek.
3.
Ciri Distributif (Distributive
Property), ciri ini menggambarkan kemungkinan media mentransformasikan
suatu peristiwa atau objek melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian
tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relative sama mengenai kejadian tersebut.
Landasan
penggunaan media pembelajaran
1.
Landasan teknologis.
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek
perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan
sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan
terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk
menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan
mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu
mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah
dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang
telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta
dikombinasikan sehingga menjadisistem pembelajaran yang lengkap.
Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik,
dan latar.
2.
Landasan empiris.
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa
dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan
yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar
visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media
visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang
memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio,
seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan
menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media
audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan
media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus
mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik
materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
3.
Landasan filosofis
Penggunaan media pembelajaran baru atau tidak dalam
proses pembelajaran yang dilakukan harus menggunakan pendekatan humanis.
Pendekatan ini menjelaskan dimana posisi guru menganggap siswa sebagai anak
manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan
pribadi yang berbeda dengan yang lain.
4.
Landasan Historis
Landasan historis media
pembelajaran ialah rational penggunaan media pembelajaran ditinjau dari sejarah
konsep istilah media digunakan dalam pembelajaran. Perkembangan konsep media
pembelajaran sebenarnya bermula dengan lahirnya konsepsi pengajaran visual atau
alat bantu visual sekitar tahun 1923. Yang dimaksud dengan alat bantu visual
dalam konsepsi pengajaran visual ini adalah setiap gambar, model, benda atau
alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada pebelajar.
Kemudian kosep pengajaran visual ini berkembang menjadi “audio visual
instruction” atau “audio visual education” yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar
tahun 1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio visual materials”,
“audio visual methods”, dan “audio visual devices”. Inti dari kosepsi ini
adalah digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan
gagasan dan pengalaman pebelajar melalui mata dan telinga. Pemanfaat-an
konsepsi audio visual ini dapat dilihat dalam “Kerucut Pengalaman” dari Edgar
Dale. Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut
“audio visual communication” pada tahun 1950-an. Perkembangan berikutnya
terjadi sekitar tahun 1952 dengan munculnya konsepsi “instructional materials”
yang secara kosepsional tidak banyak berbeda dengan konsepsi sebelumnya.
Beberapa istilah yang merupakan variasi penggunaan konsepsi “instructional
materials” adalah “teaching/ learning materials”, “learning resources”.
5.
Landasan
psikologis
Penggunaan dan
pemilihan media pembelajaran harus optimal memperhatikan keberagaman dan
keunikan proses belajar siswa dan secara optimal memahami makna persepsi
factor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi. Kajian psikologi
menyatakan bahwa anak lebih mudah mempelajari hal yang konkrit dari pada yang
abstrak. Terdapat beberapa pendapat menyatakan hubungan konkrit-abstrak dan
kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran yaitu:
a.
Menurut Jorome
Bruner proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan belajar dengan gambaran
atau film, kemudian belajar dengan symbol (menggunakan kata-kata)
b.
Menurut Charles F.
Haban nilai dari media terletak pada tingkat realitasnya dalam proses penanaman
konsep
c.
Edgar Dale. Membuat
jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman
nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke
siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan
terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsayd, Azhari.
(2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Hamalik, Oemar.
1994. Media Pendidikan. Bandung: Alumni
Munadhi, Yudhi.
(2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi