Sabtu, 28 Januari 2017

LANDASAN TEORITIS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN


LANDASAN TEORITIS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
Interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman, video atau audio, dan yang sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor overhead, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar dan lain-lain). Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994:6):
1.      Media sebagai alat komunikasi untuk efektivitas proses belajar mengajar;
2.      Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
3.      Seluk-beluk proses belajar;
4.      Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan; dan
5.      Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran.

Heinich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dengan penerima. Sedangkan AECT (Association of Education and Communication Technology, 1997) memberi batasan tentang media sebgai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Ciri-ciri umum batasan tentang media dikemukakan sebagai berikut:
1.      Media memiliki pengertian fisik yang umum dikenal sebagai hardware
2.      Media memiliki pengertian nonfisik yang umum dikenal sebagai software
3.      Penekanan media terdapat pada visual dan audio
4.      Media memiliki pengertian sebagai alat bantu pada proses belajar
5.      Media digunakan sebagai sarana komunikasi dan interaksi antara guru dengan peserta didik
6.      Media digunakan secara masal
7.      Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media, diantaranya:
1.      Ciri Fiksatif (Fixative Property), ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
2.      Ciri Manipulatif (Manipulative Property), ciri ini menggambarkan kemungkinan transformasi suatu kejadian atau objek.
3.      Ciri Distributif (Distributive Property), ciri ini menggambarkan kemungkinan media mentransformasikan suatu peristiwa atau objek melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian tersebut.
Landasan penggunaan media pembelajaran

1.      Landasan teknologis.
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadisistem pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.

2.      Landasan empiris.
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

3.      Landasan filosofis
Penggunaan media pembelajaran baru atau tidak dalam proses pembelajaran yang dilakukan harus menggunakan pendekatan humanis. Pendekatan ini menjelaskan dimana posisi guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain.

4.      Landasan Historis
Landasan historis media pembelajaran ialah rational penggunaan media pembelajaran ditinjau dari sejarah konsep istilah media digunakan dalam pembelajaran. Perkembangan konsep media pembelajaran sebenarnya bermula dengan lahirnya konsepsi pengajaran visual atau alat bantu visual sekitar tahun 1923. Yang dimaksud dengan alat bantu visual dalam konsepsi pengajaran visual ini adalah setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada pebelajar. Kemudian kosep pengajaran visual ini berkembang menjadi “audio visual instruction” atau “audio visual education” yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar tahun 1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio visual materials”, “audio visual methods”, dan “audio visual devices”. Inti dari kosepsi ini adalah digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan gagasan dan pengalaman pebelajar melalui mata dan telinga. Pemanfaat-an konsepsi audio visual ini dapat dilihat dalam “Kerucut Pengalaman” dari Edgar Dale. Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut “audio visual communication” pada tahun 1950-an. Perkembangan berikutnya terjadi sekitar tahun 1952 dengan munculnya konsepsi “instructional materials” yang secara kosepsional tidak banyak berbeda dengan konsepsi sebelumnya. Beberapa istilah yang merupakan variasi penggunaan konsepsi “instructional materials” adalah “teaching/ learning materials”, “learning resources”.

5.      Landasan psikologis
Penggunaan dan pemilihan media pembelajaran harus optimal memperhatikan keberagaman dan keunikan proses belajar siswa dan secara optimal memahami makna persepsi factor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi. Kajian psikologi menyatakan bahwa anak lebih mudah mempelajari hal yang konkrit dari pada yang abstrak. Terdapat beberapa pendapat menyatakan hubungan konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran yaitu:
a.       Menurut Jorome Bruner proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan belajar dengan gambaran atau film, kemudian belajar dengan symbol (menggunakan kata-kata)
b.      Menurut Charles F. Haban nilai dari media terletak pada tingkat realitasnya dalam proses penanaman konsep
c.       Edgar Dale. Membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.

DAFTAR PUSTAKA
Arsayd, Azhari. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Alumni
Munadhi, Yudhi. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi